
pchotdeals.com, 8 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Kerbau (Bubalus bubalis) merupakan salah satu ternak penting di Indonesia, terutama karena perannya dalam pertanian, produksi susu, daging, dan tenaga kerja. Di Indonesia, kerbau sering disebut sebagai “traktor hidup” karena kekuatannya dalam membajak sawah, khususnya di daerah berlumpur. Untuk memastikan kerbau tumbuh sehat dan mencapai potensi produksi maksimal, perawatan yang tepat dari lahir hingga dewasa sangat penting. Artikel ini akan menyajikan panduan lengkap, rinci, dan jelas tentang perawatan kerbau dari fase kelahiran hingga siap produksi, mencakup aspek nutrisi, kesehatan, manajemen kandang, dan reproduksi.
1. Pengenalan tentang Kerbau 
Kerbau di Indonesia umumnya terdiri dari dua jenis utama: kerbau lumpur (swamp buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo). Kerbau lumpur lebih umum digunakan untuk tenaga kerja di sawah, sementara kerbau sungai sering dimanfaatkan untuk produksi susu dan daging karena kualitas genetiknya yang lebih baik. Kerbau memiliki sifat tahan terhadap kondisi lingkungan yang keras, seperti genangan air dan panas, tetapi memerlukan perawatan yang konsisten untuk mencapai produktivitas optimal.
Tujuan utama pemeliharaan kerbau adalah:
-
Tenaga kerja: Membajak sawah atau mengangkut beban.
-
Produksi susu: Kerbau sungai, seperti jenis Murrah, menghasilkan susu berkualitas tinggi.
-
Produksi daging: Menyediakan daging dengan tekstur yang khas.
-
Reproduksi: Menghasilkan pedet berkualitas untuk mempertahankan populasi.
Panduan ini akan mencakup tahapan perkembangan kerbau dari lahir hingga dewasa, yaitu sekitar usia 3–4 tahun ketika kerbau siap digunakan untuk produksi atau reproduksi.
2. Tahap Perawatan Kerbau dari Lahir sampai Dewasa
a. Fase Neonatal (0–1 Bulan) 
Fase neonatal adalah periode kritis yang menentukan kelangsungan hidup pedet (anak kerbau). Perawatan yang tepat pada tahap ini akan memengaruhi kesehatan dan pertumbuhan jangka panjang.
1. Perawatan Pasca Kelahiran
-
Membersihkan Pedet: Segera setelah lahir, bersihkan lendir dari hidung dan mulut pedet untuk memastikan pernapasan lancar. Keringkan tubuh pedet dengan kain bersih untuk mencegah hipotermia.
-
Pemberian Kolostrum: Berikan kolostrum (susu pertama induk) dalam 1–2 jam setelah kelahiran. Kolostrum mengandung antibodi penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh pedet. Pastikan pedet menyusu minimal 2–3 liter kolostrum dalam 24 jam pertama.
-
Pemotongan Tali Pusar: Potong tali pusar sekitar 5 cm dari perut menggunakan pisau steril, lalu celupkan ujungnya ke dalam larutan yodium 7% untuk mencegah infeksi.
-
Kandang Neonatal: Tempatkan pedet di kandang bersih, kering, dan beralas jerami. Suhu kandang harus dijaga antara 25–30°C untuk mencegah stres panas atau dingin.
2. Nutrisi
-
Menyusu Induk: Biarkan pedet menyusu langsung dari induk selama 7–14 hari pertama, idealnya 4–6 liter susu per hari.
-
Pemberian Susu Pengganti (opsional): Jika induk tidak menghasilkan cukup susu, berikan susu pengganti khusus untuk ternak (bukan susu sapi biasa) sebanyak 10% dari ber intervalsat tubuh pedet, dibagi dalam 2–3 kali pemberian per hari.
-
Air Bersih: Sediakan air bersih mulai usia 2 minggu untuk membantu pencernaan.
3. Kesehatan
-
Vaksinasi Awal: Konsultasikan dengan dokter hewan untuk vaksinasi dini, seperti vaksin terhadap penyakit septikemia epizootika (SE) di daerah endemik.
-
Pemeriksaan Rutin: Periksa tanda-tanda kesehatan, seperti nafsu makan, pernapasan, dan konsistensi feses. Diare adalah masalah umum pada pedet dan harus segera ditangani dengan rehidrasi oral.
-
Pengendalian Parasit: Berikan obat cacing (misalnya, albendazole) pada usia 3–4 minggu jika ada indikasi infeksi parasit.
b. Fase Pedet (1 Bulan–6 Bulan) 
Pada fase ini, pedet mulai beralih dari susu ke pakan padat, dan pertumbuhan fisik menjadi fokus utama.
1. Nutrisi
-
Penyapihan Bertahap: Mulai penyapihan pada usia 2–3 bulan dengan mengurangi frekuensi menyusu dan memperkenalkan pakan padat. Penyapihan penuh biasanya selesai pada usia 4 bulan.
-
Pakan Starter: Berikan pakan konsentrat starter (kandungan protein 18–20%) sebanyak 0,5–1 kg per hari, ditambah rumput segar atau hijauan berkualitas (misalnya, rumput gajah atau daun gamal).
-
Hijauan: Mulai usia 2 bulan, berikan rumput segar atau silase sebanyak 2–3% dari berat tubuh per hari. Pastikan hijauan bebas dari pestisida.
-
Suplemen Mineral: Sediakan blok mineral atau garam untuk mendukung pertumbuhan tulang dan kesehatan pencernaan.
2. Manajemen Kandang
-
Kandang Kelompok: Pindahkan pedet ke kandang kelompok dengan ventilasi baik dan alas yang kering. Hindari kepadatan berlebih (1–2 m² per pedet).
-
Kebersihan: Bersihkan kandang setiap hari untuk mencegah penumpukan kotoran yang dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi kaki.
-
Akses ke Padang Rumput: Jika memungkinkan, biarkan pedet merumput di padang rumput selama 2–3 jam per hari untuk meningkatkan kesehatan dan perkembangan otot.
3. Kesehatan
-
Vaksinasi Lanjutan: Lakukan vaksinasi terhadap penyakit seperti anthrax atau brucellosis sesuai rekomendasi dokter hewan.
-
Pemotongan Tanduk (opsional): Jika kerbau memiliki tanduk yang berpotensi berbahaya, pertimbangkan dehorning pada usia 2–3 bulan menggunakan alat khusus oleh profesional.
-
Pemantauan Pertumbuhan: Catat berat badan pedet setiap bulan. Berat badan rata-rata pada usia 6 bulan adalah 100–150 kg, tergantung jenis dan nutrisi.
c. Fase Remaja (6 Bulan–2 Tahun) 
Fase remaja adalah periode pertumbuhan cepat, di mana kerbau mulai menunjukkan karakteristik dewasa. Tujuan utama adalah mempersiapkan kerbau untuk produksi atau reproduksi.
1. Nutrisi
-
Pakan Utama: Berikan hijauan berkualitas tinggi (rumput gajah, kaliandra, atau lamtoro) sebanyak 4–6% dari berat tubuh per hari. Tambahkan konsentrat (kandungan protein 14–16%) sebanyak 1–2 kg per hari untuk mendukung pertumbuhan otot.
-
Suplemen: Berikan suplemen kalsium, fosfor, dan vitamin A, D, E untuk mendukung perkembangan tulang dan sistem kekebalan.
-
Air: Pastikan akses ke air bersih sepanjang hari, dengan kebutuhan 20–30 liter per hari per ekor.
2. Manajemen Kandang
-
Kandang yang Sesuai: Gunakan kandang dengan luas 4–6 m² per ekor untuk kerbau remaja. Sediakan tempat berteduh untuk melindungi dari panas dan hujan.
-
Latihan Fisik: Untuk kerbau yang akan digunakan sebagai tenaga kerja, mulai latih dengan beban ringan (misalnya, menarik gerobak kecil) pada usia 18 bulan untuk membangun kekuatan.
-
Pemisahan Jenis Kelamin: Pisahkan kerbau jantan dan betina mulai usia 1 tahun untuk mencegah kawin dini yang tidak diinginkan.
3. Kesehatan
-
Pencegahan Penyakit: Lakukan vaksinasi ulang dan pemberian obat cacing setiap 3–6 bulan. Perhatikan tanda-tanda penyakit seperti demam, lesu, atau penurunan nafsu makan.
-
Perawatan Kaki: Periksa kuku kerbau secara rutin dan potong jika terlalu panjang untuk mencegah infeksi atau cedera.
-
Pemantauan Reproduksi: Untuk kerbau betina, perhatikan tanda-tanda birahi pertama (biasanya pada usia 18–24 bulan) sebagai indikator kesiapan reproduksi.
d. Fase Dewasa (2 Tahun–Siap Produksi) 
Kerbau dianggap dewasa dan siap produksi pada usia 2,5–4 tahun, tergantung pada tujuan pemeliharaan (tenaga kerja, susu, daging, atau reproduksi).
1. Nutrisi
-
Pakan untuk Produksi:
-
Tenaga Kerja: Berikan hijauan 6–8% dari berat tubuh per hari, ditambah konsentrat 2–3 kg per hari untuk menjaga stamina.
-
Produksi Susu: Untuk kerbau betina laktasi, berikan konsentrat tinggi protein (16–18%) sebanyak 3–4 kg per hari, ditambah hijauan berkualitas tinggi dan suplemen kalsium.
-
Daging: Tingkatkan porsi konsentrat untuk mendukung pertambahan berat badan, dengan target berat potong 400–600 kg pada usia 3–4 tahun.
-
-
Manajemen Pakan: Gunakan sistem pemberian pakan 2–3 kali sehari, dengan hijauan segar di pagi dan sore, serta konsentrat di siang hari.
2. Manajemen Kandang
-
Kandang Produksi: Sediakan kandang yang kokoh dengan luas 8–10 m² per ekor untuk kerbau dewasa. Pastikan kandang memiliki saluran pembuangan untuk menjaga kebersihan.
-
Fasilitas Tambahan:
-
Untuk kerbau susu, sediakan area pemerahan yang bersih dengan lantai beton.
-
Untuk kerbau tenaga kerja, sediakan tempat penyimpanan alat bajak atau gerobak.
-
-
Kebersihan: Bersihkan kandang minimal sekali sehari dan semprotkan disinfektan setiap minggu untuk mencegah penyakit.
3. Kesehatan
-
Program Vaksinasi: Lanjutkan vaksinasi tahunan terhadap penyakit seperti SE, anthrax, dan foot-and-mouth disease (FMD).
-
Perawatan Reproduksi:
-
Kerbau Betina: Periksa kesehatan reproduksi secara rutin. Kerbau betina biasanya bunting selama 310–330 hari, dengan siklus birahi setiap 21 hari. Gunakan inseminasi buatan atau pejantan berkualitas untuk meningkatkan genetik.
-
Kerbau Jantan: Untuk kerbau jantan yang digunakan sebagai pejantan, pastikan kesehatan testis dan libido dengan pemeriksaan veteriner.
-
-
Pencegahan Parasit: Lakukan pengendalian parasit eksternal (kutu, caplak) dengan penyemprotan insektisida dan parasit internal dengan obat cacing.
4. Produksi
-
Tenaga Kerja: Kerbau dewasa dapat digunakan untuk membajak sawah selama 4–6 jam per hari. Pastikan istirahat yang cukup dan pemberian pakan tambahan setelah bekerja.
-
Susu: Kerbau betina dapat menghasilkan 4–8 liter susu per hari selama periode laktasi (180–240 hari). Lakukan pemerahan 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan teknik higienis.
-
Daging: Kerbau siap potong pada berat 400–600 kg. Pastikan pemotongan dilakukan di rumah potong hewan resmi untuk memenuhi standar kesehatan.
-
Reproduksi: Kerbau betina dapat mulai dikawinkan pada usia 2,5–3 tahun, dengan target melahirkan satu pedet setiap 1,5–2 tahun.
3. Tantangan dalam Perawatan Kerbau dan Solusinya
a. Tantangan
-
Penyakit: Penyakit seperti SE, FMD, dan brucellosis dapat menyebabkan kerugian besar.
-
Keterbatasan Pakan: Ketersediaan hijauan berkualitas sering terbatas, terutama di musim kemarau.
-
Manajemen Reproduksi: Siklus birahi kerbau sulit dideteksi, dan tingkat keberhasilan kebuntingan sering rendah.
-
Biaya Operasional: Biaya pakan, obat-obatan, dan perawatan kandang dapat menjadi beban bagi peternak skala kecil.
b. Solusi
-
Program Kesehatan: Kolaborasi dengan dinas peternakan untuk vaksinasi massal dan penyuluhan kesehatan ternak.
-
Pemanfaatan Limbah Pertanian: Gunakan jerami padi, kulit pisang, atau ampas tahu sebagai pakan alternatif setelah diolah (misalnya, difermentasi).
-
Pelatihan Peternak: Ikuti pelatihan tentang deteksi birahi dan inseminasi buatan untuk meningkatkan efisiensi reproduksi.
-
Diversifikasi Pendapatan: Manfaatkan produk sampingan, seperti pupuk kandang, untuk menambah pendapatan dan mengurangi biaya operasional.
4. Tips Tambahan untuk Keberhasilan Pemeliharaan Kerbau
-
Pilih Bibit Unggul: Pilih pedet dari induk dengan riwayat produksi baik (misalnya, kerbau Murrah untuk susu atau kerbau lumpur lokal untuk tenaga kerja).
-
Pemantauan Rutin: Catat data pertumbuhan, kesehatan, dan reproduksi untuk memantau kemajuan dan mendeteksi masalah sejak dini.
-
Jaga Kesejahteraan Hewan: Hindari penggunaan kerbau secara berlebihan untuk tenaga kerja dan pastikan waktu istirahat yang cukup.
-
Manfaatkan Teknologi: Gunakan aplikasi peternakan atau konsultasi online dengan dokter hewan untuk meningkatkan efisiensi manajemen.
5. Kesimpulan
Perawatan kerbau dari lahir hingga dewasa siap produksi memerlukan perhatian terhadap nutrisi, kesehatan, manajemen kandang, dan reproduksi. Setiap fase perkembangan—neonatal, pedet, remaja, dan dewasa—memiliki kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi untuk memastikan kerbau tumbuh sehat dan produktif. Dengan menerapkan praktik terbaik, seperti pemberian kolostrum pada pedet, pakan berkualitas tinggi, vaksinasi rutin, dan manajemen reproduksi yang baik, peternak dapat memaksimalkan potensi kerbau untuk tenaga kerja, susu, daging, atau reproduksi.
Meskipun tantangan seperti penyakit dan keterbatasan pakan sering muncul, solusi seperti kolaborasi dengan dinas peternakan dan pemanfaatan limbah pertanian dapat membantu mengatasinya. Pemeliharaan kerbau bukan hanya tentang keuntungan ekonomi, tetapi juga tentang pelestarian warisan budaya pertanian Indonesia. Dengan komitmen dan pengetahuan yang tepat, peternak dapat menjadikan kerbau sebagai aset berharga yang mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan.
BACA JUGA: Suaka untuk Primata: Peran, Tantangan, dan Kontribusi dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati
BACA JUGA: Detail Planet Bumi: Karakteristik, Struktur, dan Misteri Terkecil di Tata Surya
BACA JUGA: Cerita Rakyat Jepang: Warisan Budaya yang Kaya dan Penuh Makna